03 Maret 2008

Peserta Konferensi Menunggu Pemimpin Baru AS

Bangkok, Rabu - Meskipun Amerika Serikat memaksa untuk terlibat secara mendalam pada konferensi mengenai perubahan iklim di Bangkok pekan ini, sejumlah negara peserta justru berpandangan jauh ke depan, menunggu adanya pemimpin baru AS.

Para negosiator dari sekitar 190 negara saat ini sedang berusaha merancang kesepakatan baru terkait pengurangan emisi gas rumah kaca untuk menghambat peningkatan temperatur Bumi. Batas waktu kesepakatan itu adalah tahun 2009 untuk memberikan kesempatan negara-negara peserta untuk meratifikasinya. Kesepakatan tersebut merupakan lanjutan dari Protokol Kyoto yang tahap pertama pelaksanaannya akan berakhir 2012.

Perundingan tersebut menjadi krusial karena saat ini sedang berlangsung proses pemilihan presiden AS yang berpuncak akhir tahun ini. Amerika Serikat adalah negara maju dengan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar. Sejauh ini, AS menolak meratifikasi Protokol Kyoto, dan mengatakan melakukan pengurangan emisi gas rumah kaca menurut versinya sendiri. Negosiasi tentang seberapa besar negara- negara maju harus mengurangi emisi gas rumah kacanya tidak dapat dicapai hingga presiden baru AS mulai menjabat tahun depan.

”Bagaimana sebenarnya komitmen AS, tidak pernah jelas dan saya curiga, kita tidak akan mendapatkan sinyal yang jelas dari AS hingga akhir pemilu,” ujar Ian Fry, wakil dari Tuvalu—salah satu negara pulau kecil, Rabu (2/4). ”Ketidakpastian ini benar- benar menyulitkan, terutama untuk negara pulau kecil,” tambahnya.

Sementara itu negara-negara berkembang dalam konferensi perubahan iklim di Bangkok ini menegaskan sikap, mereka tidak akan menandatangani kesepakatan jika tidak diberi kucuran bantuan biaya miliaran dollar AS untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Sebaliknya negara-negara kaya menyatakan bersedia membantu tetapi tidak sepakat tentang cara bagaimana memberikan bantuannya apakah secara sukarela seperti usulan AS, atau seperti usulan Eropa, yaitu izin terkait polusi yang dikenakan di dunia perdagangan untuk mendapatkan dana tersebut. (AP/isw)
sumber, Kompas 3 Maret 2008

Tidak ada komentar: